Pemerintah China kembali mengetatkan ikat pinggang. Pejabat di seluruh negeri diinstruksikan untuk memangkas anggaran perjalanan dinas, konsumsi makanan, dan biaya operasional kantor.
Instruksi ini tertuang dalam pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh pemerintah pusat dan Partai Komunis China. Tujuannya jelas: efisiensi anggaran di tengah tekanan ekonomi.
Penghematan ini juga menyasar pos-pos seperti jamuan makan, minuman beralkohol, dan rokok. Intinya, segala bentuk pemborosan harus dihindari.
Kebijakan ini merupakan penegasan kembali arahan Presiden Xi Jinping. Pemerintah daerah didorong untuk lebih berhemat karena pendapatan negara menurun akibat lesunya penjualan lahan. Beban utang daerah juga menjadi perhatian utama.
Langkah ini diharapkan dapat mengurangi risiko gagal bayar utang daerah. Dengan begitu, pemerintah daerah memiliki ruang fiskal yang lebih besar untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan sebesar lima persen.
Kantor berita Xinhua melaporkan bahwa instruksi tersebut menekankan ketekunan dan penghematan yang ketat, serta menentang tindakan menghambur-hamburkan dan pemborosan.
Sebenarnya, imbauan untuk berhemat sudah disampaikan sejak akhir 2023. Namun, kali ini penekanannya lebih kuat, seiring dengan upaya pemerintah mengatasi risiko utang daerah yang meningkat.
Wakil Direktur Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC), Zhao Chenxin, sebelumnya menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi China didorong oleh sektor pariwisata, ritel, dan konsumsi domestik yang tinggi selama perayaan Tahun Baru.
Namun, di sisi lain, Zhao juga menyerukan modernisasi Pasukan Pembebasan Rakyat Cina (PLA) untuk memperkuat kesiagaan tempur dan menambah kemampuan militer.
Pertumbuhan ekonomi China sempat melambat hingga sekitar tiga persen selama pandemi Covid-19 akibat kebijakan nol-Covid yang ketat. Target pertumbuhan lima persen diharapkan menjadi acuan untuk fokus pada kualitas dan efisiensi pertumbuhan.
Pemborosan itu memalukan dan ekonomi itu mulia, demikian bunyi laporan Xinhua, menekankan pentingnya efisiensi.
Kebijakan penghematan ini juga sejalan dengan upaya Presiden Xi Jinping dalam memberantas korupsi dan praktik pamer kekayaan di kalangan pejabat pemerintah.
Sejak 2023, China memang berupaya memulihkan kondisi ekonominya. Namun, tantangan global juga semakin besar.
Li Keqiang, mantan Perdana Menteri China, sebelumnya telah mengingatkan tentang situasi global yang semakin tidak menentu. Kongres Rakyat Nasional juga didominasi isu ekonomi.
Meskipun target pertumbuhan lima persen dianggap kurang ambisius, Li Keqiang menjelaskan bahwa hal itu mempertimbangkan ketidakpastian geopolitik global.
China bukan satu-satunya negara yang menerapkan kebijakan efisiensi. Banyak negara lain juga melakukan hal serupa di tengah situasi global yang penuh tantangan.
Perekonomian Cina terus tumbuh secara stabil, kata Zhao Chenxin, meskipun tantangan global tetap membayangi.
Langkah-langkah penghematan ini menjadi sinyal kuat bahwa pemerintah China serius dalam menjaga stabilitas ekonomi dan mengoptimalkan penggunaan anggaran negara.
Efisiensi menjadi kunci di tengah upaya pemulihan ekonomi dan ketidakpastian global yang terus berlanjut.
Bagaimana implementasi kebijakan ini di lapangan? Kita tunggu saja perkembangan selanjutnya.