Anggota DPR RI menyoroti kondisi kesehatan masyarakat Indonesia. Mereka menyebut, banyak warga dengan penghasilan terbatas justru terlihat lebih sehat. Hal ini disampaikan dalam rapat kerja dengan Menteri Kesehatan (Menkes) di Gedung DPR, Jakarta.
Anggota dewan mempertanyakan, mengapa fenomena ini bisa terjadi. Padahal, secara logika, akses terhadap fasilitas kesehatan dan makanan bergizi seharusnya lebih mudah didapatkan oleh masyarakat dengan ekonomi yang lebih baik. Beberapa faktor kemudian diangkat sebagai kemungkinan penyebab.
Salah satu faktor yang disoroti adalah gaya hidup. Masyarakat berpenghasilan terbatas, menurut anggota DPR, cenderung lebih aktif secara fisik. Pekerjaan mereka seringkali menuntut aktivitas fisik yang tinggi, seperti bertani, buruh bangunan, atau pekerjaan informal lainnya. Aktivitas fisik ini secara alami menjaga kebugaran tubuh.
Selain itu, pola makan juga menjadi perhatian. Masyarakat berpenghasilan terbatas seringkali mengonsumsi makanan yang lebih alami dan minim olahan. Mereka cenderung mengandalkan hasil bumi sendiri atau membeli bahan makanan segar dari pasar tradisional. Makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak, yang sering dikonsumsi masyarakat perkotaan, relatif lebih sedikit dikonsumsi.
Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah tingkat stres. Meskipun menghadapi kesulitan ekonomi, masyarakat berpenghasilan terbatas seringkali memiliki dukungan sosial yang kuat. Hubungan kekeluargaan dan komunitas yang erat dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental. Sementara itu, masyarakat dengan ekonomi yang lebih baik mungkin menghadapi tekanan pekerjaan dan gaya hidup yang lebih tinggi, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Menkes mengakui adanya fenomena ini. Ia menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terus berupaya meningkatkan kualitas kesehatan seluruh masyarakat Indonesia, tanpa memandang status ekonomi. Berbagai program telah diluncurkan, termasuk peningkatan akses layanan kesehatan, promosi gaya hidup sehat, dan pencegahan penyakit.
Menkes juga menekankan pentingnya edukasi kesehatan. Masyarakat perlu diberikan informasi yang benar dan mudah dipahami mengenai cara menjaga kesehatan, baik melalui pola makan, aktivitas fisik, maupun pengelolaan stres. Edukasi ini harus menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat berpenghasilan terbatas.
Kemenkes juga berupaya mengatasi masalah stunting, yaitu kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis. Stunting menjadi perhatian serius karena dapat berdampak negatif pada perkembangan kognitif dan fisik anak. Berbagai program intervensi gizi telah dilakukan, terutama di daerah-daerah dengan angka stunting yang tinggi.
Selain itu, Kemenkes juga fokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit menular, seperti tuberkulosis (TBC), malaria, dan demam berdarah dengue (DBD). Program vaksinasi juga terus digencarkan untuk melindungi masyarakat dari berbagai penyakit infeksi.
Dalam kesempatan tersebut, anggota DPR juga memberikan masukan kepada Menkes terkait berbagai permasalahan kesehatan di daerah. Mereka meminta Kemenkes untuk lebih memperhatikan kebutuhan kesehatan masyarakat di daerah terpencil dan pulau-pulau terluar. Akses terhadap layanan kesehatan di daerah-daerah ini masih sangat terbatas.
Menkes berjanji akan menindaklanjuti masukan dari anggota DPR. Ia menegaskan komitmen Kemenkes untuk terus meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia secara merata. Kerja sama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan seluruh elemen masyarakat sangat penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Beberapa poin penting yang menjadi fokus Kemenkes ke depan adalah:
Dengan upaya yang berkelanjutan dan terkoordinasi, diharapkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dapat terus meningkat, sehingga dapat mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Diskusi antara DPR dan Menkes ini menyoroti kompleksitas masalah kesehatan di Indonesia. Tidak hanya soal akses dan fasilitas, tetapi juga gaya hidup, pola makan, dan faktor sosial ekonomi. Solusi yang komprehensif dan melibatkan seluruh elemen masyarakat menjadi kunci untuk mencapai kesehatan yang optimal bagi seluruh warga negara.